TEMPO Interaktif, Washington: Sekumpulan peneliti Amerika Serikat menyatakan, tiga lagi penderita buta yang dilaporkan dapat melihat kembali selepas menjalani eksperimen terapi genetika.
“Semua penderita tersebut berusia awal 20-an dan daya penglihatan mereka pada siang hari terbukti meningkat lebih 50 persen ketimbang keadaan sebelum menjalani perawatan. Penglihatan pada malam hari juga meningkat hingga 63 ribu kali,” kata Artur Cideciyan, peneliti Universitas Pennsylvania, AS, .
Hasil kajian Cideciyan dan rekannya, James Wilson yang dimuat dalam edisi terbaru jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, memunculkan hasil yang sama seperti dicatat oleh peneliti untuk merawat penyakit yang dikenali sebagai Leber congenital amaurosis atau LCA.
Masalah itu disebabkan oleh mutasi gen yang disebut RPE65. Para ahli telah lama menegaskan, penyakit ini cocok dijadikan sasaran kajian terapi gen yang melibatkan kaedah penyelidikan kedokteran untuk menyembuhkan penyakit tersebut.
Masalah LCA antara lain, melibatkan kerusakan pengimbas cahaya pada bagian retina. LCA lazimnya mengurangi penglihatan pada awal usia anak-anak dan menyebabkan kehilangan penglihatan sepenuhnya apabila pesakit berusia 30-an. Hingga kini, tak ada obat apapun untuk mengatasi buta ini.
Semua anggota peneliti itu menggunakan sejenis virus untuk memulihkan gen rusak pada mata pesakitan. Virus tersebut tidak meninggalkan gejala apapun kepada individu tersebut. “Kami menjalankan kajian yang membantu memulihkan penglihatan pada siang atau malam hari, dan menemukan kedua aspek tersebut dapat pulih dengan terapi itu," kata dia.
“Penderita sendiri mengakui berasakan perbedaan terhadap daya penglihatan mereka. Pandangan lebih cerah dan warna lebih terang. Mereka sendiri kagum dengan kemampuan melihat itu,” ujar Cideciyan.
Namun ia menegaskan, penderita itu bukanlah buta sepenuhnya. “Daya penglihatan mereka sangat lemah, seperti memakai tiga kaca mata hitam serentak. Perawatan ini membantu memulihkan lebih separuh penglihatan mereka yang kurang itu.”
Pada April lalu, dua anggota peneliti yang saling bersaing, melaporkan hasil yang sama seperti dilaporkan dalam edisi terbaru New England Journal of Medicine. “Masih ada banyak
sumber: tempointeraktif
0 komentar:
Posting Komentar